Minggu, 08 April 2012

Perbedaan Zakat, Infak, dan Sedekah

Dilihat dari sisi umum dan khusus, ketiga istilah tersebut mempunyai perbedaan makna. bahkan, ada perbedaan status hukum masing-masing. untuk lebih jelasnyabperlu dibahas terlebih dahulu tinjauan bahasa (lughatan) dan triminologi syariat (syar'an) A. pengertian zakat berasal dari kata zaka - yazuku - zaka-an atau zakiyan - yazka - zakan yang berarti suci,bersih, tumbuh, berkembang, bertambah, dan berkah, namun sering diartikan menyucikan atau membersihkan. dalam Al-Qur'an disebutan: "sungguah beruntung orang yang menyucikan (jiwa itu). (QS Asy-Syams:9) menurut terminologi syariat, zakat adalah kewajiban atas harta tertentu, untuk kelompok tertentu, dan dalam waktu tertentu pula. jadi, bisa diartikan bahwa zakat adalah nama atau sebutan dari sesuatu (hak Allah Ta'ala) yang dikeluarkan seseorang kepada orang-orang yang berhak menerimanya. dinamakan zakat karena di dalamnya terkandung harapan untuk memperoleh berkah, membersihkan jiwa, dan memupuk berbagi kebaikan. B. Infak berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan suatu (harta) untuk kepentingan orang lain. Menurut terminologi syariat, infak berarti memberikan atau mengeluarkan sebagian penghasilan atau pendapatan untuk epentingan yang diajarkan islam. istilah lain yang sering digunakan adalah kata nafaqah atau nafkah. Dalam Al-Qur'an disebutkan: "Dan mengapa kamu tidak menginfakkan harta di jalan Allah, padahal milik Allah semua pusaka langit dan bumi? Tidak sama orang yang menginfakkan (hartanya di jalan Allah) di antara kamu dan berperang sebelum penaklukan (Mekah). Mereka lebih tinggi derajatnya dari padaorang-orang yang menginfakkan (hartanya) dan berperang setelah itu. Dan Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik. Dan Allah Maha teliti apa yang kamu kerjakan. (QS Al-Hadid:10) Pengertian infak lebih umum daripada zakat karena setiap orang beriman sangat dianjurkan untuk berinfak, baik mampu maupun tidak mampu. infak tidak ditentukan jenis barangnya, jumlahnya, dan sasaran khusus pendayagunaannya. oleh karena itu, berinfak boleh diberikan kepada siapa pun, seperti kepada kedua orang tua, saudara, dan anak yatim. disinilah perbedaan infak dengan zakat. zakat harus diberikan kepada ashnaf yang delapan (fakir, miskin, amil, muallaf, riqab, gharim, fi sabilillah, dan ibnu sabil)sebagai mustahiq nya dan jumlah yang di keluarkan sudah ditentukan. sedangkan, pendayagunaan infak untuk seseorang atau suatu lembaga dengan tidak ada ketentuan jumlah yang harus dikeluarkan dalam rangka beribadah kepada Allah SWT. Infak bisa juga diartikan sebagai menafkahkan dan membelanjakan harta. Orang yang memberi infak keluarganya sama dengan memberi nafkah. Infak mencakup harta zakat dan nonzakat. Infak ada yang wajib dan ada yang sunnah. Infak wajib di antaranya zakat, kafarat, dan nazar. Sedangkan, infak sunnah, di antaranya infak kepada fakir miskin sesama muslim, infak bencana alam, dan infak kemanusiaan. Terkait dengan infak ini, Rasullah saw bersabda: "Tiada hari para hamba pada waktu pagi melainkan ada dua malaikat yang turun (ke bumi) seraya berdoa salah satunya, "ya Allah, berikan orang yang berinfak, gantinya." Dan yang lain berkata," Ya Allah, jadikanlah orang yang menahan infak, kehancuran." (HR Bukhari dan Muslim) C. Sedekah berasal dari kata shadaqa yang berarti benar. Menurut terminologi syariat, pengertian dan hukum sedekah sama dengan infak. Akan tetapi, sedekah mencakup arti yang lebih luas dan menyangkut hal-hal yang bersifat nonmaterial. Hal tersebut dijelaskan dalam hadist imam muslim yang bersumber dari Abu Dzar. Rasullah saw menjelaskan: "Pada setiap pagi dianjurkan untuk setiap sendi kamu bersedeqah. setiap tasbih adalah sedeqah, setiap tahmid sedeqah, setiap tahlil sedeqah, setiap takbir sedeqah, amar makruf sedeqah, nahi mungkar sedeqah, dan untuk mencukupi itu semua dengan dua rakaat shalat dhuha. (HR Muslim). Contoh bentuk sedeqah lainnya ialah berhubungan suami istri, berdakwah, mendamaikan orang-orang yang berselisih, berkata baik, memerikan senyum dengan ikhlas kepada setiap orang, membantu meringankan beban orang lain, dan menahan diri untuk tidak berbuat kejahatan. sebagian ulama fiqh mengatakan bahwa sedeqah wajib dinamakan zakat, sedangkan sedekah sunnah dinamakan infak. sebagian yang lain mengatakan bahwa infak wajib dinamakan zakat, sedangkan infak sunnah dinamakan sedeqah.
»»  READMORE...

Kamis, 26 Januari 2012

Bapak tak Mungkin Marah

Pada suatu sore seorang pemilik kebun jambu melihat-lihat jambunya yang ada di kebun,sambilmelihatbaramgkaliadajambuyangmasakyangbasadimakanuntukbebukapuasa Namun betapa kagetnya dia ketika melihahat dikebunnya ada seorang anak kecil memunguti jambu dan memasukkannya kedalam kantong plastik. Lalu dengan sabar pemilik kebun itu bertanya.. Pemilik Jambu : Hai. nak. Siapa namamu? Anak : Namaku OTOY Pak. Pemilik Jambu : Ini jambu milikku nak, kalau bapakmu tahu, nanti pasti marah, karena kamu mencuri Anak : Jangan kuatir Pak, Bapakku pasti tidak akan marah… Pemilik Jambu : LHO...kamu mencuri bapakmu tidak marah? Kenapa? Anak : Karena bapakku sekarang sedang memanjat pohon jambu, aku kan Cuma memungut JAMBU YANG DI PETIK BAPAK Pemilik Jambu : Haaa...? dasar bapak anak sama saja...
»»  READMORE...

Ular Besar vs Ular Kecil

Kebaikan dan keburukan akan selalu bertarung. Di dunia ini, di dalam kubur,dan di negri terakhir. Bila salah satu dari keduanya yang menang, kita sudah mafhum kejadian apa yang bakal terjadi. Saudaraku, dulu, ketika saya kecil, saya diceritakan satu kisah tentang ular di dalam kubur. Alkisah, ada seorang manusia yang dikubur. Begitu selesai prosesi pemakaman, orang tersebut dihidupkan (dibangkitkan) kembali. Saat bangun kembali itulah ia melihat ada satu sosok ular besar di hadapannya. Bertanya ia kepada sang ular besar,"Engkau siapa?" Sang ular besar menyeringi, "Sayalah wujud dari keburukan Anda ketika didunia..." oh, rupanya ular besar tersebut adalah wujud dari keburukan ketika di dunia. Semakin besar keburukan kita, semakin besar pula wujud ular tersebut. Sang ular besar pun lalu bersiap-siap hendak membelit manusia tersebut. Saat itu, kalau manusia tersebut tidak punya kebaikan,maka tidak akan ada pembelaan sama sekali. Cerita selesai sampai di sini. Maksudnya, cerita selesai dengan ending manusia tersebut habis dimakan sang ular. Beda dengan manusia yang memiliki kebaikan. Saat sang ular besar hendak menyerang, muncul ular-ular kecil..."Kalian siapa...? tanya ular besar. Ular-ular kecil menjawab, "Kami adalah kebaikan fulan bin fulan yang akan engkau serang. Jangan kamu ganggu tuanku sebelum engkau mengealahkan kami." Jadilah ular besar bertarung dengan ular-ular kecil tersebut sebagai wujud pertarungan antara keburukan dengan kebaikan. Bila ular-ular kecil kalah, maka tetap sengsaralah si manusia tersebut. sebaliknya, bila ular besar kewalahan menghadapi ular-ular kecil tersebut, maka selamatlah si manusia tersebut. Saudaraku, cerita ini saya dapatkan dari para orang-orang tua dalam menceritakan pentingnya memiliki banyak kebaikan,supaya selamat. Memang benar, hampir tidak ada manusia yang tidak memiliki keburukan. Karenanya menjadi penting bagi kita semua untuk melakukan kebaikan dan kebaikan untuk mengikis keburukan. Semoga Allah, yang Maha Memiliki kebaikan berkanan memudahkan jalan-jalan kebaikan untuk kita tempuh.Amin.
»»  READMORE...

Rabu, 25 Januari 2012

Matematika Dasar Sedekah

Ok, kita mulai dari pembahasan paling jadul, he he he. Apa yang Saudara lihat dari matematika di bawah ini? 10-1 = 19 10-2 = 28 10-3 = 37 10-4 = 46 10-5 = 55 10-6 = 64 10-7 = 73 10-8 = 82 10-9 = 91 10-10 = 100 Bukannya 10 dikurang 2 itu 8? Bukan. Lihat angka-angka di atas. Berapa? 10 dikurang 1 itu 19, dan 10 dikurang 2 itu 28. Koq? Semakin dikurangi, semakin gede bilangan hasilnya ya? Ya, sebab itu bukan matematika manusia. Itu Matematika Allah. Matematika Sedekah. Matematika pertambahan. Sedangkan kalau matematika manusia, matematikanya matematika pengurangan. Sehingga pertanyaannya ketika kita bersedekah mengeluarkan harta kita adalah: Tinggal berapa? Bukan jadi berapa. Dihitungnya sedekah sebagai pengeluaran. Bukan sebagai investasi. Menurut matematika manusia, tinggal 9 jika kita memberi 1 dari 10 yang kita punya. Tapi kalau matematika sedekah, pertanyaannya adalah: Jadi berapa jika kita sedekah 1 dari 10 yang kita punya? Maka jawabannya: Jadi 19. Tidak ada itu pengurangan. Yang ada adalah penambahan, pelipatan. Ya, saya sebut juga matematika pelipatan. Sebab Allah memang memberi penggantian lebih kepada mereka yang mau bersedekah. 2x lipat, 10x lipat, 700x lipat, hingga bilangan pelipat yang tak terbatas dari Allah. Hitung-hitungan matematika di atas memakai bilangan pengembalian dari Allah 10x lipat (Baca Qs. 6: 160). Kalau pake bilangan pengali 700x lipat? Jumlahnya akan wow! Amazing! Luar biasa! 10-1 = 709! (Baca Qs. 2: 261). Lihat tabel berikut ini: 10-1 = 709 10-2 = 1408 10-3 = 2107 10-4 = 2806 10-5 = 3505 10-6 = 4204 10-7 = 4903 10-8 = 5602 10-9 = 6301 10-10 = 7000 Lihat? Punya 10, disedekahkan 10-10 nya, malah jadi 7000! Pembahasan ini ketemu pembahasan menariknya saat membahas sedekkah dan rizki, sedekah dan gaji, sedekah dan usaha, sedekah dan bisnis. Lihat cuplikan implementasi berikut ya: Gaji` : Rp. 1.000.000,- Sedekah : Rp. 1.000.000,- Hasil 10x lipat : Rp. 10.000.000,- Hasil 700x lipat : Rp. 700.000.000,- Tidak salah jika para guru, para orang tua, mengajarkan sedekah. Supaya berlipat-lipat lagi rizki buat kita. Itu belum bicara BONUS++ berupa ampunan Allah, kasih sayang Allah, ridho Allah, surganya Allah. Belum. Ini baru gigi 1. Begitu saya bilang kalo bicara tentang matematika ini. Baru bicara matematika sedekah. Belum bicara juga konversian balasan sedekah berupa jawaban Allah bagi hajat dan masalah kita: Anak keturunan, jodoh, keluarga, pekerjaan, karir, keuangan, kesehatan dan soal-soal lain. Kita pun belum bicara tentang sedekah dan doa, sedekah dan keikhlasan, sedekah dan kesabaran, sedekah dan baik sangka, sedekah dan tawakkal, sedekah dan istiqomah, sedekah dan ibadah, sedekah dan kesehatan, sedekah dan umur panjang, sedekah dan surga, sedekah dan neraka, sedekah dan cinta Allah, sedekah dan cinta Rasul. Belum. Baru bicara matematika dasar sedekah. Matematika dasar pun akan dibahas beberapa seri ke depan. Insya Allah.
»»  READMORE...

Allah Maha Melihat dan Maha Mengawasi

"Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan, Dialah yang maha halus lagi maha mengetahui." (QS.AL-An'aam :103 Sejatinya Allah Maha Melihat dan Maha Mengawasi. 60 detik dalam semenit, 60 menit dalam sejam,24 jam dalam sehari, tujuh hari dalam seminggu, tidak pernah sekejap mata pun Dia lepas penglihatan dan pengawasan-Nya terhadap kita. sebagai orang yang mengaku beriman kepada-Nya, jelas harus juga mengakui keimanan akan penglihatan dan pengawasan Allah ini.Ditambah lagi dengan kesejatian bahwa Allah Maha Memiliki Balas, disamping tentunya Dia Maha Mengampuni. Tidak mungkin sebagai orang yang beriman, lalu kita tidak mengetahui sebagai kecil sifat-sifat-Nya yang sudah disebutkan diatas tadi (Maha Melihat, Maha Mengawasi, Maha Membalas.) lantaran nafsu dan lemahnya iman kita sejalan seolah kita berjalan tanpa adanya Allah di kehidupan kita. 1. Kita dengan mudah meninggalkan shalat, atau men-ta'khir-kannya (mengerjakan di akhir waktu atau mengerjakannya dengan kemalasan). pun kita beribadah lainnya dengan berat, puasa, sedekah/zakat, berhaji dan yang lainnya, tanpa menyadari bahwa hal itu harus kita lakukan karena Allah meminta kita beribadah kepada-Nya, sekaligus sebagai bukti syukur dan bukti kecintaan kita kepada-Nya. 2. kita makan rezeki orang dengan santainya. seakan tidak tahu bahwa Allah Maha Mengawasi. 3. Kita kumpulkan harta haram dengan entengnya. seakan tidak tahu bahwa Allah Maha Melihat. 4. Kita sakiti orang dengan mudahnya. Seakan tidak tahu bahwa Allah Maha Membalas. 5. Kita buat diri kita menjadi pabrik dosa pabrik maksiat. Seakan kita tidak akan pernah mati, dan tidak akan dibangkitkan untuk mempertanggungjawabkan segala amal ketika di dunia. semua ini menjadi bukti bahwa tiada iman sebenarnya dalam hati kita (atau sedikit,dengan cahaya iman yang hampir pudam). Syahadat yang kita ucapkan dalam shalat, atau minimal ketika menikah, menjadi pertanyaan ulang kualitasnya. Padahal syahadat adalah mempersaksikan bahwasannya tiada ada tuhan selain Allah dan bahwasannya Muhammad utusan Allah. Kenyataannya? Dalam beribadah dan bermuamalah kita tidak seperti hamba Allah dan ummat Rasullah Saw. Lihat saja satu hal ini, mengaku ummat Nabi Muhammad, tapi menjalankan shalat sunnah dan puasa sunnah sangat jarang.....selain mudah melakukan maksiat dan dosa. kita tahu Allah, tapi kita seperti tidak tahu, kita mengenal Allah, tapi seperti tidak mengenal-Nya. Tahu sekedar tahu, kenal sekedar keal. tak berbekas, dan tak berpengaruh di kehidupan. Apakah ini yang dinamakan iman...?
»»  READMORE...

Selasa, 24 Januari 2012

Mau Kaya

seberapa hebat kita dalam mencari kekayaan, sehingga berani melupakan sang pemilik segala perbendaharaan langit dan bumi....?

Mau kaya, jangan mengambil jalan pintas dengan jalur kemusyrikan. sebab kalau pun kaya, kekayaan itu bukan dari Allah, tapi dari setan dengan seizin-Nya. walhasil, namanya saja dari setan, kekayaannya itu seperti membawa bara api. Rumah tangga jadi panas, rezeki jadi panas, kekayaan pun membawa hawa panas buat yang lainnya. Akhirnya, kekayaan ini justru membawa bahaya buat dirinya.
Disebutkan di dalam Al-Qur'an bahwa salah satu efek dahsyat dari kemusyrikan adalah menumbalkan keluarga, menumbalkan anak keturunan. Agaknya, menumbalkan keluarga atau anak keturunan pada zaman sekarang ini bukan menumbalkan darah keluarga dan anak keturunan kita. Bukan, tapi lebih pada memberikan penyakit buat anak. Kaya, lewat jalan syirik, hasil kekayaannya adalah hasil uang haram. Sungguh pun kita berdagang dengan uang dan keringat sendiri dan sungguh pun kita jujur dalam berusaha dan berniaga. Hati-hati, kemusyrikan kadang bersembunyi di perbuatan-perbuatan kecil yang samar yang boleh jadi kerap kita lakukan, seperti menaruh benda pusaka di rumah yang kita percayai mempunyai kekuatan magis, atau meletakan batu keberuntungan di warung atau di toko.
Satu lagi. Kekayaan adalah bukan kekayaan bila didapat dengan melupakan Allah. Sebagaimana kesuksesan yang bukanlah kesuksesan bila kita membelakangi Allah. Koreksi cara kita mendapatkan kekayaan, koreksi cara kita dalam meraih kesuksesan. Saya khawatir, bila kita salah dalam mencari kekayaan dan meraih kesuksesan , sungguh kita sedang membeli neraka, neraka dunia dan neraka akhirat.

"Katakanlah, jika bapak-bapak, anak-anak,saudara-saudara,istri-istri,kaum keluarga,harta kekayaan yang kamu usahakan,perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya,dan tempat tinggal yang kamu sukai,adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya,maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik."
»»  READMORE...

selain sedekah dengan harta

Sedekah atau "shodaqoh" biasanya indentik dengan memberikan uang kepada orang yang berhak. ternyata dalam Islam tidak hanya memberikan uang saja yang disebut sedekah. akan tetapi banyak amalan yang masuk kategori sedekah. karena pengertian sedekah sendiri bersifat umum mencakup sedekah wajib dan sunnah seperti infaq (baca: Perbedaan antara infaq dan shodaqoh).

Karena pengertian sedekah yang bersifat umum. banyak amalan-amalan sunnah yang itu juga disebut sedekah. antara lain, bertasbih (memuji nama Allah), takbir (mengucapkan Allahu akbar), tahmid (mengucapkan alhamdulillah), tahlil (mengucapkan laa ilaha illallah), memerintahkan kepada kebajikan, dan melarang kepada kemungkaran juga disebut sedekah. bahkan berhubungan antara suami dan istrinya juga disebut sedekah.

Hal ini senada dengan apa yang terjadi pada hadits berikut :

عن أبي ذر أن ناسا من أصحاب النبي صلى الله عليه و سلم قالوا للنبي صلى الله عليه و سلم يا رسول الله ذهب أهل الدثور بالأجور يصلون كما نصلي ويصومون كما نصوم ويتصدقون بفضول أموالهم.

قال : أو ليس قد جعل الله لكم ما تصدقون ؟ إن بكل تسبيحة صدقة وكل تكبيرة صدقة وكل تحميدة صدقة وكل تهليلة صدقة وأمر بالمعروف صدقة ونهي عن منكر صدقة وفي بضع أحدكم صدقة قالوا يا رسول الله أياتي أحدنا شهوته ويكون له فيها أجر ؟ قال أرأيتم لو وضعها في حرام أكان عليه فيها وزر ؟ فكذلك إذا وضعها في الحلال كان له أجرا


Artinya : "Dari Abu Dzar (berkata): bahwa beberapa orang dari sahabat Nabi -sholallahu 'alaihi wasallam- mengadu kepada Nabi -sholallahu 'alaihi wasallam- : wahai Rosulullah, orang-orang kaya itu telah pergi membawa banyak pahala. mereka sholat sebagaimana kami sholat, mereka berpuasa sebagaimana kami puasa, dan mereka bersedakah dengan kelebihan harta mereka.

Beliau bersabda : Apakah Allah tidak menjadikan bagi kalian untuk bersedekah? sesungguhnya pada setiap tasbih adalah sedekah. dan setiap takbir sedekah, dan setiap tahmid sedekah, dan setiap tahlil sedekah, memerintahkan kepada kebajikan sedekah, melarang dari hal yang mungkar sedekah. bahkan pada budz'i (hubungan suami istri) kalian adalah sedekah.

Mereka berkata : Wahai Rosulullah, bagaimana seseorang dari kami mendatangi sahwatnya kemudian dia mendapatkan pahala?

Beliau bersabda : Bagaimana menurut kalian, jika dia meletakkannya pada yang haram apakah dia berdosa? demikian juga jika dia meletakkan pada yang halal, maka dia mendapatkan pahala." (HR Muslim)

Walaupun sebenarnya hubungan suami istri tersebut termasuk rutinitas atau aktifitas lazim sepasang suami dan istri, akan tetapi dengan adanya niat bahwa tujuan aktifitas tersebut untuk melaksanakan perintah Allah yaitu "gaulilah mereka dengan suatu yang ma'ruf," atau menjaga diri sendiri dan istri dari berbuat selain pada tempatnya, atau mengharap dari hasil itu anak yang sholeh, maka itu termasuk sedekah. dan itu adalah ibadah.
»»  READMORE...